Kemuliaan manusia terletak pada pikirannya.
(Pascal)
Hari ini aku ingin menceritakan buku yang baru aku beli. Ya, aku
baru membelinya ketika ada Islamic Book Fair 2016 lalu. Sebenarnya aku tidak
ada niat untuk membeli buku ini, sedari awal aku hanya ingin membeli buku
sejarah dan linguistik. Eh, ketemu sama salah satu stand yang terdiri
dari buku-buku motivasi atau character building, pokoknya yang
berhubungan untuk perbaikan kepribadian. Nah, ternyata pas ditanya harganya,
ada diskon 50% untuk setiap buku..hehe lumayan lah. Akhirnya aku pilah-pilih
buku apa aja yang akan aku beli. Dan akhirnya ketemu! Judulnya Terapi
Berpikir Positif.
Sebenarnya buku ini tergolong kedalam buku yang “agak jadul”, tapi
keren! Kamu tau kenapa? Karena ini udah dicetak sebanyak “XXXIV”, terakhir
cetak pada tahun 2015. Aku juga sudah pernah melihatnya di perpustakaan kampus.
Tapi belum pernah meminjamnya. Dan sewaktu di IBF, ada kesempatan untuk
membelinya, I took it. Well, aku
tidak menyesal sama sekali. Dan menurutku uang yang aku keluarkan memang tidak
sebanding dengan isi yang ada didalamnya. Yaiyalah, ilmu kan mahal,
mungkin harta yang aku punya saat ini tidak akan cukup untuk membeli ilmu. Kamu
percaya kan kalau guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa? Kamu tau kenapa? Ya,
karena ilmu itu tidak bisa dibayar. Guru adalah pahlawan karena mereka
mengabdi. Gaji yang mereka terima tidak sebanding dengan ilmu yang mereka
ajarkan. Ustadz-ku biasanya menamakan uang bulanan yang guru terima
adalah bisyaroh ‘hadiah’, bukan gaji (karena gaji adalah sesuatu yang
diterima setelah melakukan pekerjaan atau bekerja sedangkan mengajar adalah
bentuk pengabdian).
Balik lagi ke pembahasan sebelumnya. Buku yang aku beli ini termasuk
International Bestseller. Kamu tau siapa yang menulisnya? Hehe bisa
dilihat dari cover ya? Yupz, namanya adalah Dr. Ibrahim Elfiky. Buku
ini memang sesuai banget sama judulnya, yaitu memang seperti “terapi”. Aku sudah
mencobanya, walaupun belum sepenuhnya aku praktikan tetapi manfaatnya memang
sudah dapat aku rasakan. Alhamdulillah. Banyak pertanyaan yang ada
dibenakku sebelumnya akhirnya aku temukan jawabannya di dalam buku ini. Atau bahkan
kejadian-kejadian yang aku spekulasi alasan-alasannya ternyata aku temukan juga
di dalam buku ini. Buku ini benar-benar memberikan gambaran yang jelas mengapa
kita perlu berpikir positif dan bagaimana strategi untuk selalu berpikir
positif. Bagi kamu yang muslim, mungkin kamu juga akan menemukan alasan mengapa
Allah ingin kita sebagai umat Islam agar tawakkal dan optimis terhadap-Nya. Bahkan
pada bagian awal buku ini terlihat jelas ayat al-Qur’an surah adz-Dzariyat ayat
21.
Bagian Pertama: Kekuatan Pikiran
Pada bagian ini dijelaskan pengaruh pikiran dalam kehidupan
manusia. Kamu tau pikiran itu mempengaruhi apa saja? Coba sebutkan! Atau sudah
penasaran? Hehe oke oke, jadi begini yaa... aku akan kasih tau logika
berpikirnya dahulu sebelum aku ceritakan lebih jauh tentang buku ini. Ada salah
satu kisah menarik yang diceritakan sang penulis, aku mengutipnya dari buku ini
halaman 4-5, begini ceritanya...
Ketika Anda merasa lapar dan di hadapan Anda tersaji tiga menu:
makanan rumahan, makanan hotel berbintang lima, dan makanan dari keranjang
sampah. Mana yang akan Anda pilih?
Ketika pertanyaan ini saya lontarkan dalam seminar dan pelatihan
yang saya gelar, tak seorang pun memilih makanan dari keranjang sampah. Ada yang
memilih makanan rumahan dan ada yang memilih makanan hotel berbintang. Mengapa demikian?
Karena, setiap orang sangat memerhatikan kelangsungan hidupnya. Tak seorang pun
memilih sesuatu yang berdampak negatif bagi kelangsungan hidupnya.
Jika manusia benar-benar tidak ingin meletakkan sesuatu yang
berbahaya dalam tubuhnya, mengapa ia mengisi pikirannya dengan hal-hal yang
berpengaruh negatif pada setiap aspek hidupnya, termasuk kesehatan jiwa dan
raganya? Mengapa ia meberi gizi pikirannya dari keranjang sampah? Hal ini
bergantung pada proses sebelumnya: orangtua, keluarga, lingkungan, sekolah, dan
media informasi.
Jadi, kita hampir tidak punya pilihan gizi untuk pikiran dan proses
perkembangannya. Kini saatnya kita memilih berbagai pikiran seperti halnya kita
memilih makanan yang kita santap dan pakaian yang kita kenakan. Untuk mewujudkan
semua itu, kita harus tetap tawakal pada Allah. Kita mulai dari memahami arti
pikiran dan kekuatannya. Pikiran adalah kekuatan. Dalam al-Qur’an Allah SWT.
membedakan antara orang yang berilmu dan yang tidak. Dia berfirman, (terjemahan)
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” (az-Zumar: 9).
Nah, mengapa sih pikiran juga harus diseleraskan dengan makanan
atau pakaian? Mengapa kita harus memilah-milih pikiran yang kita pilih untuk
kita pikirkan? Karena, (1) Pikiran Memiliki Proses yang Kuat. Kita mungkin
setuju kalau orangtua, keluarga, masyarakat, sekolah, teman, media massa, dan
diri sendiri memiliki peran untuk mempengaruhi pikiran kita. Namun, yang
terkuat dari ketujuh bagian tersebut adalah “diri sendiri”. Maka, kita perlu
berhati-hati apakah yang kita pikir terhadap diri sendiri atau orang lain itu
perlu kita masukan ke dalam pikiran? Karena jika kita terima dan fokus
terhadapnya, tidak lama kita akan meyakini itu menjadi sebuah kebenaran.
Contohnya, kalau ada orang yang bilang kamu itu bodoh. Bagaimana pendapatmu? Kalau
aku sih “pura-pura gak denger” saja..hehe maksudnya, jangan diambil
hati. Biarkan kata-kata itu pergi berlalu, berhenti untuk fokus memikirkan
kata-kata itu. Anggap saja itu jebakan pikiran. Dan jangan sampai kamu berpikir
bahwa kamu bodoh. Bagiku, tidak ada manusia yang bodoh, yang ada adalah manusia
yang tahu atau belum tahu. Manusia yang mau belajar atau tidak. Nah,
selanjutnya bagaimana jika ada yang memujimu pintar, misalnya. Kalau ini
terserah kamu deh mau gimana, hehe yang jelas kita tetap harus
berlindung kepada Allah. Karena sejatinya segala nikmat yang kita terima adalah
dari-Nya. Kalau pandangan orang lain baik kepada kita, semoga kita lebih baik
dari yang mereka pikirkan. Tetapi jika pandangan orang lain buruk kepada kita,
semoga Allah senantiasa membuat kita lebih baik dari yang mereka pikirkan.
Selanjutnya adalah (2) Pikiran Membuat Arsip Memori dalam Akal.
Nah, mungkin ini penting sekali untuk para orangtua bahwa setiap anak
dilahirkan dengan kejernihan otak. Sejak lahir, anak-anak itu bersih. Kemudian,
orangtua mengajaknya berkomunikasi. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa setiap
kali mengetahui pengertian lain dari sebuah kata, terbentuklah file tersendiri
untuk pengertian tersebut. Ketika seorang anak mendapatkan pengalaman dalam
pengertian tertentu, akalnya akan merekam pengalaman itu dalam file khusus. Makanya,
ada banyak kejadian anak-anak sejak usia dini sudah pandai menghafal al-Qur’an.
Karena memang usia 7 tahun pertama merupakan usia emas bagi setiap anak. Apa yang
mereka lihat dan dengar akan terekam. Akhirnya berbuah menjadi memori. Yang aku
tau, dampak dari pengasuhan pada masa emas ini akan terlihat ketika anak sudah
besar. Miris sekali ketika melihat ada anak-anak yang dibohongi oleh ibu atau
siapa saja hanya untuk sekadar mencandainya. Ya, mungkin maksud kita adalah
mencandainya dan menganggap itu hal biasa. Tetapi, bukankah itu merupakan pendidikan
bagi sang anak? Jangan salahkan mereka jika nanti akan mudah membohongi
orangtuanya. Naudzubillah.
Hmm, aku cukup sedih ketika anak-anak usia emas ini sudah “dibentak”,
“dipukuli”, dan beragam tindak kekerasan lainnya. Aku berpikir, bagaimana nanti
ketika ia besar? Bukankah ia akan meniru perilaku orangtuanya? Semoga semakin kesini
banyak para orangtua yang lebih memahami cara mendidik anak dengan baik. Jika memang
sudah terlanjur demikian, semoga ketika besar, anak-anak yang terlahir dengan
pendidikan yang “kurang beruntung” akan dapat memilih jalan hidupnya untuk
menjadi pribadi yang lebih baik. Do’akan aku juga ya, semoga bisa menjadi
pribadi yang lebih baik, karena ini juga merupakan bekal..hehe semoga
jika memang nanti bisa merasakan menjadi ibu, aku bisa menjadi pendidik yang
baik. Kamu juga ^^, in syaa Allah.
Hmm, sudah dulu ya? Sepertinya pembahasan ini masih ingin aku
teruskan sampai beberapa episode..hehe gapapa kan? Bersambung ya...
insya Allah nanti aku lanjutkan, masih bagian pertama loh! Don’t miss it! :)
Wallahu a’lam
Nunggu kelanjutannya mba sarii.... bagus yah bukunya? IBF dimanakah mbak?
ReplyDeletesiap, Mba.insyaAllah..
ReplyDeletebagus bgt, Mba. Menurutku. IBF kmren di Istora Senayan, Mba. Aku ga inget stand apa namanya..hhe
Penasaran.jd pengin
ReplyDeleteRecommended banget, Mba ^^
Delete