Thursday 17 March 2016

Mau Diam atau Bergerak, Sama Saja!


Sumber: triabiru.blogspot.com

Saat ini, banyak orang di dunia, dari mulai anak-anak sampai orang dewasa, tidak terlepas dari yang namanya gadget. Tujuan penggunaannya pun beragam, ada yang digunakan untuk bersenang-senang, mengisi waktu luang, menjadi teman keseharian dikala sendirian, tetapi ada pula yang menggunakannya secara efektif. Semua ini dikarenakan kebutuhan setiap manusia akan media sosial untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi dengan cepat. Segala sesuatu menjadi instan.
Adanya teknologi seringkali menjadikan setiap orang berpikir instan. Penginnya dapat hasil tinggi dengan usaha yang sedikit. Tak jarang kita juga melihat kehidupan sosial masyarakat yang kurang dari nilai-nilai kemasyarakatan seperti zaman dulu. Seperti, silaturahim yang kurang terjalin, kurang peduli terhadap tetangga, dan masih banyak yang lainnya. Hal ini terjadi karena salah satunya adalah menjadikan gadget sebagai kecupukan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain.
Harusnya, penggunaan gadget memang disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak digunakan secara berlebihan, atau bahkan sudah sedari dini memperkenalkan anak untuk memakai gadget. Saya sendiri tidak mau membiarkan anak saya memakai gadget untuk sekadar bermain games atau hal lainnya (eh, maksudnya nanti kalau udah punya anak..hehe), kecuali jika memang sudah pantas untuk diberikan, maka silakan saja.
Nah, fenomena saat ini, banyak media sosial yang digunakan untuk sekadar berkeluh kesah atau mengeluh. Bahkan tidak jarang ada juga yang meng-update  atau meng-upload sesuatu yang tergolong “aib”. Astaghfirullah. Saat ini, terlihat banyak orang yang tidak malu-malu untuk manampakkan itu semua. Aku berlindung pada-Mu, yaa Rabb...hmm, aku jadi teringat pengajian tadi pagi. Pagi tadi pembahasan tentang “Syurga”, dari kitab Aqidatul Awam. Syeikh menjelaskan bahwa di Syurga tidak ada lelah, tidak ada capek. Dan satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah “capek”. Kebiasaan kita kalau sudah merasa capek adalah mengeluh. Nah, tak jarang dari pengguna media sosial menggunakan media tersebut untuk mengeluh. Mengeluh pekerjaan yang banyak, mengeluh akan tugas yang tiada akhir, atau mengeluh akan hidup yang sedang dijalani. Padahal, sejatinya hidup memang bersifat capek.
Diam atau bergerak, sama saja! Sama-sama capek. Ketika banyak tugas, kita mengerjakannya, lama-lama tenaga terkuras dan kita merasa capek. Semua peran di dunia pasti menjadikan semua yang bertugas memainkan peran tersebut merasa “capek”. Bahkan ketika hari libur tiba, ketika kita mengagendakan untuk pergi refreshing atau jalan-jalan, pasti kita juga akan merasakan capek. Atau hal lainnya yang tidak membutuhkan pergi kemana pun, seperti tidur misalnya, pasti juga capek kalau terlalu lama. Maka, capek atau lelah memang hal yang sudah pasti didapatkan. Jadi, benarlah siapa yang beranggapan bahwa di dunia adalah tempat menanam, dunia adalah tempat berlelah-lelah. Karena hanya di syurga nanti kita tidak akan pernah merasakan yang namanya capek (semoga kita bisa bertemu di syurga-Nya ya^^). Kata-kata mengeluh “capek” ini menurut syeikh tidak perlu diucapkan. Ya, saya setuju. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan capeknya kita atau lelahnya kita dijalan mana. Karena mau dijalan lurus, berbelok-belok, naik-turun, atau bagaimanapun pilihan kita, kita “pasti” bertemu dengan yang namanya “capek”. Maka pantaslah ada istilah “Hidup Mulia atau Mati Syahid”, atau istilah lain yang disampaikan oleh Pak Jamil Azzaini adalah “Sukses Mulia”.
Sumber: twitter.com

5 comments:

  1. semangat,, sukses mulia.. (y)

    ReplyDelete
  2. mengingatkan untuk tidak mengeluh..hehe..stop mengeluh yuk!

    ReplyDelete
  3. mengingatkan untuk tidak mengeluh..hehe..stop mengeluh yuk!

    ReplyDelete