Tuesday 1 March 2016

Inikah Cinta?


(Sumber: terselubung.in)

 Beberapa hari ini Suci sedang kurang sehat. Seringkali ia terlihat pucat. Tubuhnya menggambarkan bahwa ia tidak seceria biasanya. Baginya, sakit itu tanda cinta dari Sang Kekasih. Ia tidak menganggap itu berupa musibah, tetapi tanda bahwa ia harus lebih dekat dengan kekasihnya.
Suci seringkali berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan aktivitasnya, kemudian setelah selesai ia berusaha mencari waktu untuk beristirahat sejenak. Bukan karena ia ingin bersantai ria, tapi karena ia tahu banyak hal yang harus segera diselesaikan. Diselesaikan ketika kondisinya baik-baik saja. Ia tahu bahwa yang terjadi padanya adalah tanda bahwa ia akan semakin dekat dengan kekasihnya.

Tuhan...
Aku tau sakit ini baik bagiku
Aku tau karena ini aku bisa lebih mengingatmu
Aku tau dengan ini Kau mengampuni dosa-dosaku
Maka jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang sabar
     Tuhan...
     Jika cinta belum kurangkai untuk-Mu
     Jadikanlah aku selalu berjalan menuju-Mu
     Jika hanya nikmat yang aku terima dari-Mu
     Jadikanlah aku mengerti bahwa sakit juga nikmat dari-Mu

Suatu malam, ia menangis di dalam kamar. Ia teringat akan mantan suaminya. Bukan karena merindukan ikatan itu terjalin kembali, tetapi karena ia semakin paham bahwa cinta itu menerima. Bahkan untuk hal-hal yang tidak disukai.
“Dulu, semenjak kita belum menikah, kau bilang kalau kau cinta padaku? Mana buktinya, Mas?” bentak Suci.
“Tapi aku gak mau punya istri penyakitan, capek!” bantah suaminya.
“Oh, jadi kau hanya cinta kecantikanku saja? Ingat ya, Mas, aku lebih memilihmu dibanding dia. Tapi, begini balasannya? Kau selingkuh dengannya ketika kondisiku seperti ini? Oke, kita selesai,” kata Suci dengan penuh air mata.
Ketika itu, ia sangat kecewa dengan orang yang begitu ia cinta. Namun, ia sudah memaafkan sikap mantan suaminya. Ia pun menjalani kehidupan bersama orangtuanya kembali. Beberapa tahun, ia menjalani pengobatan dan akhirnya dapat sembuh dari penyakitnya.
Beberapa hari yang lalu, ada seorang pria-teman lamanya-yang ingin menikah dengannya. Suci bertanya dengan pertanyaan sederhana.
“Mengapa kau ingin menikah denganku?” tanyanya dengan sikap biasa.
“Karena cinta,” jawab pria itu.
“Apa yang kau cinta dariku? Hartaku? Fisikku? Kelebihanku?” tanyanya penasaran, karena ia khawatir kalau pria yang ingin menikah dengannya hanya karena kecantikan atau kekayaannya.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” pria itu menaikkan nadanya, karena ia tidak suka jika dicurigai seperti itu.
“Sudahlah, aku tidak butuh pria yang hanya cinta pada kelebihanku saja!” jawabnya.
***

Kini ia semakin memahami makna cinta. Ia belajar dari masa lalunya. Di dalam hati ia berkata,
Tuhan...
Aku tau sakit ini baik bagiku
Aku tidak melihat penyakit ini sebagai derita
Aku tidak melihat seberapa besar penyakit kuderita
Karena yang memberikan adalah Engkau, Sang Pecinta
Tuhan...
Kini aku tau
Bahwa cinta tidak melihat bagaimana yang dicinta
Bahwa cinta tidak melihat seperti apa yang dicinta
Tetapi cinta melihat “siapa” yang dicinta

2 comments:

  1. Kasihan sekali si suci hiks...cinta tidak melihat bagaiman yg dicinta.nice mba....

    ReplyDelete